Friday, October 17, 2003

Dalam Selimut Kesedihan

Pilar-pilar hati meretak dilanda gema suara yang menggelegar diiringi hujan air mata. Kemudian runtuh perlahan menimpa jiwa yang rapuh melungkrung meratapi keringkihan yang lama bersemayam di kedalaman kalbu yang sunyi. Langkah terhenti saat berdiri di persimpangan menyapa dengan tanda tanya, menggelinding menerjang kaki hingga terlonjak menggetarkan seluruh tubuh.

Terasa ada yang jatuh ikut menggelinding bersama tanda tanya yang mengelilingi tubuh berputar-putar tanpa jarak. Barisan akal dan kesadaran enggan keluar menghalau tanda tanya yang menatap tajam, lekat bak mata serigala yang kelaparan. Ada ketakutan yang menyelusup, ketakutan akan kesalahan dan kegagalan yang pernah singgah, yang melayang-layang di depan mata siap menyergap.

Potret-potret masa lalu terbuka oleh hembusan angin waktu, nampak close up dibulatan mata telanjang bagai slide-slide film berputar menampakkan adegan-adegan yang terekam. hati bergetar, jiwa bergetar meresapi adegan demi adegan tiap-tiap slide yang berputar. Inikah selama ini memberangus jiwa, menelikung hati terbelenggu oleh waktu. Penyesalan hadir tanpa sapa, mengalir sendu diiringi nyanian yang mengundang sedu sedan. Ambruk lulut yang mulai melemas, bersimpuh memeluk gundah dengan pandangan ketakutan.

Mata hati memandang kosong langit yang membisu tanpa memberikan kesaksian akan kesetiaan bumi. Kenyataan melenggang bak peragawati tanpa memperdulikan satu jiwa yang menatap iba. Masa indah yang pernah singgah menaungi hati bak gunung memanggul awan, hancur luruh oleh sapaan malaikat maut yang melirik tajam datang menjemput roh terkasih. Desah nafas pda tubuh yang bernyawa tiada dapt menahan kematian sang jiwa yang hidup.

Kehidupan macam apa yang dapat menghidupkan jiwa yang berlumur kesedihan yang mendalam. Kematian macam apa yang dapat mengambil kehidupan yang ada dalam jiwa nelangsa. Seperti perahu berjiwa teromabng-ambing oleh lautan memeluk buih hingga menghilang. Kemudian terseret kembali dan terhempas ke tubuh karang hitam di tengah lautan.

Akh...akhirnya sungguh indah pemandangan kesedihan, sungguh nikmat kepedihan, sungguh hangat dan nyaman ada selimut kesedihan . Kemudian jiwa nelangsa berbicara "Kenyataan, engkau telah merampas segala keindahan dan kebahagiaan, engkau telah memenggal kejam harapan yang tumbuh subur berkembang, engkau hanya sisakan akar tunggang kering yang menancap jantung hatiku, kemudian kau tinggalkan aku begitu tanpa kompromi....

Friday, October 10, 2003

Menepis Harapan

Mungkin....mungkin aku pernah jatuh cinta padamu
Juga pernah merasa perih tatkala rindu meresp disegenap pori-pori waktu
Mengerang dalam klimaks cemburu
Mengutip keping demi keping waktu yang tercerai berai dihempas takdirku....takdirmu

Malam itu ku bercinta dengan angan
Kurengkuh senja yang tlah bermusim
Kudekap erat dalam segala ingin tanpa bisa ku mengharap
Kuteguk habis kenikmatan bersama angan..bahkan bayangmu tak lagi terlukis dipelupuk mata yang mulai terpejam

Pagi.....

Pagi ini.....
Ada rasa lain dibenak
Bermain....melonjak....dingin...
Tak ada jawab
Tak ada tanya
Kenapa semua diam
Masih ada keraguan?!
Masih ada kesesakan?!
Agghh....